Jolenan sebuah tradisi potensi yang perlu di kembangkan

Masyarakat Desa Somongari Kecamatan Kaligesing kembali menggelar tradisi merti desa dua tahunan yang biasa disebut Jolenan atau Saparan, Selasa (10/1). Jolenan merupakan pesta rakyat sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan hasil pertanian yang melimpah.  Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg berharap agar warga Somongari dan desa-desa lainnya terus melestarikan budaya tradisional yang ada di wilayahnya. Karena hal itu sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam pelestarian dan tradisi lokal. “Saya juga minta dukungan dari masyarakat Purworejo yang ada di perantauan,”harapnya.
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisonal Yogyakarta menyebutkan bahwa asal mula adanya upacara adat Jolenan di desa Somongari tak bisadilepaskan dari asal mula adanya desa Somongari sendiri. Diceritakan ada seorang pendatang dari Mataram yang bernama Singonegara atau dikenal dengan nama mBah Beruk atau juga dikenal dengan nama mBah Kedana-Kedini, beliau membuat tempat tinggal dengan membuka hutan di lereng bukit Menoreh bagian barat. Di kemudian hari daerah itu berkembang sebagai daerah pemukiman yang ramai.

Kutipan di atas diambil dari sebuah situs yang saya gunakan sebagai prolog dalam tulisan berikut ini.


Tradisi ataupun adat istiadat, kebiasaan masyarakat merupakan sebuah kekayaan kebudayaan yang merupakan suatu potensi untuk berkembang. Tradisi yang terus dipelihara merupakan suatu asset pariwisata yang mungkin nantinya akan mendatangkan suatu devis daerah.
Salah satu tradisi yang masih ada di wilayah kabupaten Purworejo adalah Tradisi Jolenan yang merupakan sebuah Pesta Rakyatsebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hasil pertanian yang melimpah.
Upacara Adat Jolenan Somongari, merupakan salah satu bentuk produk budaya lokal di wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya. Upacara adat ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dengan perhitungan kalender Jawa, dan jatuh pada hari Selasa Wage bulan Sapar. Tujuannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pencipta atas segala rakhmat yang telah dilimpahkan-Nya. Kelestarian upacara adat ini tidak lepas dari para pendukungya yang masih merasakan bahwa upacara adat ini masih mempunyai peranan dalam kehidupannya. Bagi masyarakat umum di Desa Somongari dengan dilaksanakan upacara adat ini sangat membantu dalam menjaga persatuan dan kegotorongroyongan diantara mereka.
Jalannya upacara dimulai dengan setiap rukun tetangga membuat 2 buah jolen, kemudian pada hari puncak upacara jolen tersebut dibawa ke Balai Desa Somongari untuk di arak keliling desa dan selanjutnya dipakai sebagai sesaji selamatan yang dilaksanakan di halaman makam mbah Kedana-kedini yang merupakan cikal-bakal desa tersebut.
Sangat menarik apabila adat tradisi ini dikemas lagi secara lebih baik, ini merupakan suatu potensi pariwisata kabupaten Purworejo yang mungkin bisa menarik minat wisatawan baik lokal ataupun mancanegara.
Mungkin saja pada saat pelaksanaan Tradisi Jolenan sekalian diadakan suatu pesta rakyat yang menampilkan berbagai kesenian tradisional Kabupaten Purworejo, atau juga menampilkan makanan kuliner tradisional masyarakat Purworejo. Ini tentu saja akan sangat menarik, sehingga masyarakat tidak jenuh dengan apa yang di tampilkan selama ini. Atau masyarakat bisa membangun suatu desa seni di daerah tersebut yang khusus menampilkan kesenian-kesenia tradisional, dan tugas Pemda adalah untuk mengelola agar semua ini bisa berjalan secara baik.

Comments

Popular posts from this blog

SPOT MANCING DIPURWOREJO

Sawunggalih, Awal Berdirinya Kota Kutoarjo

Sejarah Desa Semawung Daleman