Ndolalak Tampil di Parade Senja Istana Negara

Purworejo, CyberNews. Tak kurang dari 90 penari Ndolalak dari Sanggar Tari Prigel mendemonstrasikan tarian khas Purworejo ini di hadapan para petugas dari protokoler Kepresidenan istana negara Jakarta. Demo yang berlangsung di alun-alun Purworejo itu bisa jadi merupakan jawaban dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas harapan Bupati Kelik Sumrahadi saat orang nomor satu di republik ini berkunjung ke Purworejo pertengahan April lalu.

"Ndolalak adalah tarian tradisional asli Purworejo. Jika Bapak Presiden berkenan, kami siap dipanggil untuk tampil dalam acara Parade Senja di Istana Negara," harap Bupati Kelik saat itu disambut manggut-manggut oleh Presiden SBY dan Ibu Negara.

Para penari terlihat berusaha keras menampilkan yang terbaik. Itu dilakukan agar Ndolalak dari Purworejo bisa lolos dan diperkenankan tampil di depan Presiden. Secara tidak langsung bisa menjadi ajang promosi bagi Kabupaten Purworejo.

Seleksi itu penting karena menurut Adek Wahyuni, petugas protokol kepresidenan pernah trauma karena dulu saat upacara Gelar Senja penurunan bendera di Istana Kepresidenan, Ndolalak tampil seronok, mengenakan celana pendek, dengan tarian tradisi yang belum tergarap. Tapi itu dulu, dan bukan Ndolalak dari Purworejo melainkan dari Kulonprogo.

Ketika melihat kostum Ndolalak yang bercelana panjang, dengan tarian garapan, musik pun sangat inovatif, Adek terkagum-kagum dan langsung menyatakan persetujuannya Ndolalak Purworejo diusung ke Istana Presiden 17 Juni 2008 mendatang.

Ndolalak Prigel yang digarap penata tari muda berbakat, Melania Sinaring Puteri SSn dalam latihan tersebut memang tampil memikat. Ada kebaruan dalam olah gerak tarinya. Tak ada kesan seronok atau erotisme di sana. Yang ada hanya keindahan gerak, tarian penuh semangat, dan memancarkan rasa nasionalisme.

Semangat peperangan

Di awal adegan, dibuka dengan penari pria pembawa bendera layur. Koreografi pembawa layur ini juga tampil artistik layaknya pembawa bendera perang. Apalagi ketika ditingkahi musik berderap yang menggambarkan suasana peperangan. Penonton serasa dibawa dalam gelora semangat 1945.

Musik yang biasanya terkesan monoton, oleh dosen ISI Yogyakarta Warsana SSn diaransemen menjadi dinamis, penuh warna, dan mengharu biru. Ada tiupan 'Sangkakala' dari pipa pralon yang membuat decak telinga pendengar dan ada suara angklung yang sebetulnya hanya dijumpai di tarian Kuda Lumping. Semuanya menyatu secara harmonis.

Pimpinan Sanggar Tari Prigel, F Untarining SE, rombongan yang akan ikut ke Parade Senja melibatkan 90 penari, 60 penari diantaranya dari Sanggar Tari Prigel, sedang sisanya diambil penari Ndolalak tradisi dari Kecamatan Kaligesing, Pituruh, Grabag, dan Butuh.

Selain itu masih ditambah 18 penari pria pembawa bendera layur. Sedang penabuh musik ada 20 pengrawit. Diantaranya untuk menabuh lima jidur (bedug kecil). Untuk mengiringi tarian yang terinspirasi dari garapan Ndolalak Bedhol (Bedaya Ndolalak), disiapkan lima tembang, Pakai Nanti, Ikan Cucut, Sungguhlah Jalan, Jalan-Jalan Keras, dan Atas Pisang. Di akhir acara, rencananya diisi 18 penari inti menarikan tarian trance lengkap dengan kaca mata hitamnya.

Comments

Popular posts from this blog

SPOT MANCING DIPURWOREJO

Sawunggalih, Awal Berdirinya Kota Kutoarjo

Sejarah Desa Semawung Daleman