Kutoarjo Historic
Kutoarjo awal mulanya bernama
Semawong sejarah diawali dengan pertama kalinya berdirinya Mataram Islam oleh
Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati Loring Pasar putra dari Ki Ageng
Pemanahan, pada masa itu nama Semawung sudah ada dan semawung sendiri berasal
dari nama saudagar benang dari Cina yang bernama Sie mau wong yang tinggal
disitu.
Pada waktu itu Danang
Sutowijoyo memperistri putri dari Ki Ageng Panjawi penguasa Pati yang juga
sahabat ayahnya Ki Ageng Pemanahan, yang bernama Waskitajawi untuk di jadikan
permaisuri yang nantinya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan melahirkan Mas Jolang.
Ki Ageng Panjawi adalah cucu Kanjeng Sunan Kali Jogo dari salah satu putrinya
Sunan Kalijogo yang bernama Ratu Penengah
yang menikah dengan Ki Ageng Ngerang III Pati dan mempunyai putra
bernama Ki Ageng Panjawi.
Kyai Ageng Ngerang I
(Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin) yang mempunyai wilayah
kekuasaan di Juwana dan mempunyai istri Nyai Ageng Ngerang/Dewi Roro Kasihan
Danang Sutawijaya
mendirikan Kesultanan Mataram tahun 1587.
Putra pertama Ki Ageng Panjawi yang bernama Wasis Jayakusuma menjadi
Adipati Pati bergelar Adipati Pragola Pati I.
Adipati Pragola Pati I
Secara suka rela ia tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri
utama bergelar Ratu Mas, sedangkan Mas Jolang sebagai putra mahkota.
Pada tahun 1590 Pragola
ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin kota itu yang bernama Rangga
Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) melarikan diri ke Surabaya.
Putri Wasis
Jayakusuma/Adipati Pragola pati I yang bernama Retno Dumilah diambil Panembahan
Senopati sebagai permaisuri kedua.
Peristiwa ini membuat
Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya. Perjuangan Panembahan
Senopati sudah tidak murni lagi. Pemberontakan Pati pun meletus tahun 1600 M.
Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Pragola.
Panembahan Senopati
mengirim Mas Jolang yang tak lain adalah keponakan Wasis Jayakusuma/Adipati
Pragola pati I ,untuk menghadapi pemberontakan Pragola paman dari Mas Jolang.
Paman dan keponakan akhirnya bertempur, Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan.
Pragola dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.
lalu Panembahan
Senopati berangkat untuk menumpas Pragola. Menurut Babad Tanah Jawi, Ratu Mas
sudah merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di Prambanan. Pasukan
Pragola kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan
menghancurkan kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak diketahui
nasibnya.
Wasis
Jayakusuma/Adipati Pragola Pati I mempunyai putra :
1. Raden Mas
Tdjoemantoko.
2. Kanjeng Ratu
Beroek/Putri Moertisari.
3. Raden Mas Baoeredjo.
Setelah dewasa Raden
Mas Tdjoemantoko oleh sepupunya anak dari Budenya yang bernama Raden Mas Jolang
yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi sultan Mataram
dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
(lahir: Kotagede, ? - wafat: Krapyak, 1613 M) adalah raja kedua Kesultanan
Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613 M. Ia juga sering disebut dengan
gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak,
yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan
ayah dari Sultan Agung, Raja terbesar Mataram yang juga Pahlawan Nasional
Indonesia.
Raden Mas Tdjoemantoko
diangkat menjadi Tumenggung di Semawung tlatah bagelen oleh Sepupunya yang
bernama Raden Mas Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya,
menjadi Sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram dan Raden Mas Tdjoemantoko diberi gelar Raden
Tumenggung Tdjoemantoko. setelah Raden Tumenggung Tdjoemantoko wafat dan di
makamkan di bukit Satria desa kaliwatubumi kecamatan Butuh yang masyarakat juga
sering menyebut dengan MBAH GIRI TDJUEMANTOKO.
Kemudian putra beliau
yang bernama Raden Mas Kowoe/Ki kowoe menggantikan ayahhandanya menjadi
Tumenggung Semawung dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko II.
Raden Tumenggung
Tdjoemantoko II mempunyai putra bernama Raden Mas Gatoel.
setelah dewasa Raden
Mas Gatoel mingin mencari pengalaman, oleh ayahhandanya
Raden Mas Kowoe/Ki
kowoe mengijinkan dan disuruhnya mengabdi Kepada Adipati Jojokusumo di
Kadipaten Gombong (kebumen). disana Raden Mas Gatoel pertama kalinya menjadi
prajurit biasa saja.
kepandaian Raden Mas Gatoel
dalam olahkanuragan, Beladiri, dan keprajuritan sangat bagus kemudian beliau
dijadikan pengawal pribadi "kajineman" Adipati Jojokusumo mengawal
sowan ke Kartosuro,
makanya Raden Mas
Gatoel juga disebut dengan Kyai/Ki Jinem.
Setelah Raden Mas
Kowoe/Ki kowoe atau Raden Tumenggung Tdjoemantoko II wafat dan di makamkan di
Desa kuwurejo maka otomatis kedudukannya digantikan Raden Mas Gatoel/Ki Jinem
dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko III.
Konon Raden Tumenggung
Tdjoemantoko III suka berkelana sempat menemukan pusaka Kraton didalam kayu
jati di daerah bruno Pusaka keris kecil yang bernama Kyai Sawunggalih, setelah
itu Raden Tumenggung Tdjoemantoko III
dalam tidurnya bermimpi kalau itu adalah Pusaka Kraton dan minta untuk
dikembalikan, lalu pusaka itu dikembalikan di kraton dan diterima dengan senang
hati oleh Raja.
Raden Tumenggung
Tdjoemantoko III.mempunyai putra bernama Raden Mas Bancak. setelah Raden
Tumenggung Tdjoemantoko III wafat dan di makamkan di Semawung Kembaran
kecamatan Kutoarjo. maka kedudukan diteruskan oleh putranya yang bernama Raden
Mas Bancak dengan gelar Tumenggung Bantjik Kertonagoro Sawunggalih I setelah
wafat digantikan putranya yang bergelar Tumenggung Kertonagoro Sawunggalih II,
pada saat itu pusat pemerintahan dipindah dari Semawung kembaran ke Semawung
Daleman.
Sesudah Tumenggung
Bantjik Kertonegoro Sawunggalih II wafat, diganti oleh menantunya Raden Mas
Soerokusumo yang sebelumnya menjabat patih di Kabupaten Ambal (kebumen). pada
saat pemerintahan Raden Mas Soerokusumo pusat pemerintahan dari Semawung
Daleman dipindah ke Desa Senepo dan Senepo diganti nama Kutoarjo. Raden Mas
Soerokusumo menjadi Bupati pertama di Kutoarjo bergelar Raden Adipati
Soerokusumo.
Dalam Catatan Ditemukan
Pertumbuhan perdagangan di Kabupaten Kutoarjo lebih maju di banding kabupaten
Purworejo, di kutoarjo waktu itu banyak pengrajin tenun dan barang pecah belah
dari tanah liat. Semawung diperkirakan merupakan daerah perdagangan yang cukup
ramai, saat itu banyak pedagang-pedagang Cina berdatangan.
Raden Adipati
Soerokusumo setelah wafat dimakamkan di makam Ageng Loano, pengganti RAA
Soerokusumo atas kebijaksanaan Sunan Pakubuwono bukan putra RAA Soerokusumo,
tetapi dipilih dari pejabat yang langsung Kerabat Kraton yakni Buyut Hamengku Buwono
I yaitu RAA Pringgo Atmodjo yang memerintah sampai tahun 1870.
Masa pemerintahan Raden Adipati
Soerokusumo membangun kantor Kabupaten diatas tanah seluas 8 hektar, sampai
berakhirnya pemerintahan Raden Adipati Soerokusumo pembangunan belum selesai
dan dilanjutkan oleh RAA Pringgo Atdmodjo sampai tahun1870 sudah lengkap dengan
Alun-alun Kutoarjo. waktu itu dibangun pula rumah kepatihan yang kini menjadi
kantor kecamatan Kutoarjo. sedangkan rumah dinas dan kontrolir yang terletak di
dusun tegal desa senepo sebagian masih utuh dan sekarang dijadikan untuk
Mapolsek Kutoarjo, kantor Landraad/kejaksaan di sudut alun-alun Kutoarjo yang
sekarang dimanfaatkan oleh PDAM.
Pada saat pemerintahan RAA
Pringgo Atdmodjo kabupaten Kutoarjo dibagi menjadi empat kawedanan yakni :
kemiri, pituruh,
ketawang, dan purwodadi.
sedang masjid Jamik
Kutoarjo dibangun tahun 1860 lengkap dengan kantor pengadilan agama atau
pengulu.
Tahun 1875 masjid jamik
Kutoarjo dipugar oleh RAA Poerbo Atdmodjo.
pesatnya perdagangan di
Kutoarjo setelah dibangun rel Kereta api Yogyakarta - Purwokerto tahun1880 -
1885 kemudian pada tahun 1890 dibangun rel kereta dari Kutoarjo - purworejo.
Berikut Nama - nama
Penguasa di Kadipaten Semawung terus kemudian menjadi Kabupaten Kutoarjo yang
awal mulanya wilayahnya luas sampai purworejo :
- Raden Tumenggung Tdjoemantoko I. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
- Raden Mas Kuwu/Raden Tumenggung Tdjoemantoko II. ( Makamnya Di Desa Kuwurejo, Kecamatan Kutoarjo )
- Raden Mas Gatoel/Ki Jinem/Raden Tumenggung Tdjoemantoko III. ( makamnya di Kelurahan Semawung Kembaran, Kutoarjo )
- Raden Bantjak/Tumenggung Bantjik Kertonegoro Sawunggalih I. ( makamnya di Kelurahan Semawung kembaran, Kutoarjo )
- Tumenggung Kertonegoro Sawunggalih II. ( makamnya di Kelurahan Semawung daleman, Kutoarjo )
- RAA Soerokusumo. ( Makamnya di Pesarean Ageng Loano Purworejo )
- RAA Pringgo Atmodjo sampai tahun 1870. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi dekat makam Raden Tumenggung Tdjoemantoko I )
- Kanjeng Pangeran RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo 1870 - 1915. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
- K.RAA Poerbo Hadikoesoemo 1915 - 1933. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
Foto Makam Patih Kutoarjo Raden Ngabehi Djojo
Prabongso di makam ditulis meninggal tahun 1829 makamnya di Belakang Masjid
At-Taqwa desa Pringgowijayan, Kutoarjo.
1. RAA Toerkidjo Poerbo
Atdmodjo ahli pembangunan Bendungan
Selama ini banyak orang menyangka,
pembangunan bendungan di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli dari
belanda. Namun sejarah menunjukkan bendungan di Kutoarjo dan purworejo yamg
dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendungan
pribumi yang bernama Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo putra RAA Pringgo
Atdmojo Bupati kedua kabupaten Kutoarjo.
Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo
sejak muda dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air,
akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah
irigasi.
Di Kalkuta India Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo mempelajari
tehnik bangunan bendungan sungai Gangga India. setelah kembali, pengetahuan
yang didapat dari India diterapkan didaerahnya. RAA Tjokronegoro II minta
dibangunkan bendungan di sungai Bogowonto. atas keberhasilannya membangun
bendungan Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri
Pengairan.
Selain bendungan dan selokan yang
mengambil air dari sungai Bogowonto, Raden Mas Toerkidjo membangun pula
bendungan sawangan di sungi jali, bedono, dan gebang. bendungan-bendungan
tersebut antara lain :
- Bendungan sawangan di
Sungai Jali.
- Bendungan Bandung di
Sungai Jali.
- Bendungan Siwatu di
sungai Jali.
- Sluis Saudagaran.
- Sluis Suren.
- Saluran Loning.
sedang dari Sungai
bedono dan Gebang dibangun pula :
- Bendungan pekatingan.
- bendungan Kedung
Gupit.
- Bendungan Kalimeneng.
- Dam Rebug.
- Saluran Kali Anyar.
Hampir semua bendungan yang
dibangun pada masa Raden Mas Toerkidjo meskipun umurnya sudah tua dan lebih
dari satu abad masih banyak yang kokoh. Termasuk Sluis suren hingga saat ini
masih berfungsi baik.
Raden Mas Toerkidjo yang dikenal
sebagai ahli tehnik bangunan air, pada tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat
keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor ditetapkan
menjadi Bupati Kutoarjo bergelar RAA Toerkidjo Poerboatmodjo.
Bupati yang dikenal ahli bangunan
irigasi, pada tanggal 30 Juli 1887 mendapat gelar adipati atau lengkapnya
disebut Raden adipati Toerkidjo poerboatmodjo.
Kemudian pada tanggal 01 oktober
1910 kembali medapat gelar Pangeran, hingga wafatnya bernama Pangeran Toerkidjo
Poerbo Atmodjo dimakamkan di Gedung Papak Bukit Satria desa Kaliwatubumi
Kecamatan Butuh.
Pangeran Toerkidjo Poerbo
Atmodjo Ber-Besan dengan Sampeyan Dalem
K.G.P.A. Pakoe Alam V Yogyakarta. yang menikahkan Putra-nya yang kelak
meneruskan kepemimpinan beliau dengan Putri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A. Pakoe Alam V dengan
garwo/istri ampeyan R.Ay. Tedjosari.
Setelah Pangeran Toekirjo Poerbo
Atdmodjo wafat pemerintahan diteruskan Putra beliau yang bernama K.RAA Poerbo Hadikusumo dengan
garwo Padmi adalah Puteri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A. Pakoe Alam V Yogyakarta
saking garwo/istri ampeyan R.Ay. Tedjosari bernama Bandoro Raden Ayu Adipati
Aryo/B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo dengan nama asli Timur B.R.Ay Sumiyati.
B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo adalah Puteri Kinasih/kesayangan K.G.P.A. Pakoe
Alam V. Makam B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo/B.R.Ay Sumiyati tidak di Kutoarjo
tapi di Makam Pakualaman Giri Gondo Yogyakarta. sedangkan kakak kandung B.R.Ay
Sumiyati yang berarti juga Kakak Ipar K.RAA Poerbo Hadikusumo, yang bernama
K.P.A.A. Kusumoyudo dengan Asmo/Nama Belanda Lan Raad Van Baheer menjadi Bupati
Ponorogo Jawa Timur, dan beliau dimakamkan/dikubur di Negeri Belanda.
Sedangkan garwo Ampeyan (istri Kedua)
dari K.RAA Poerbo Hadikusumo adalah Putri Bupati Wonosobo yang bernama R.Ay.A.
Purbo Hadikusumo yang penulis belum mengetahui Nama asli timur beliau, beliau
dimakamkan di bukit satria kaliwatubumi dan dengan garwo ampeyan ini cuman
punya satu anak yang menjadi Bupati Kendal dengan Nama R.M.T. Carzwitz Purbo
Atdmodjo Adisuryo.yang makamnya juga ada di Kutoarjo tepatnya di bukit satria
kaliwatubumi.
Kutoarjo pada masa Bupati RAA Poerbo
Hadikusumo atas perintah Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933 untuk menyatukan
Kabupaten Kutoarjo dan Kabupaten Purworejo, dan Bupati Purworejo saat itu
adalah RAA Hasan Danudiningrat. akhirnya penggabungan dua Kabupaten terjadi
pada tahun 1933.
Sejarah kutoarjo atau dulu yang
bernama semawung lebih tua daripada purworejo yang dulu bernama brengkelan, Sejarah
Kutoarjo dimulai dengan adanya Mataram Islam dan penguasa - penguasanya masih
garis keturunana Ningrat/Kraton, sebagian Purworejo sendiri awal mulanya masih
kekuasaan kutoarjo tapi karena kekuasaan belanda juga intrik belanda di Kraton,
lalu Belanda membuat Kadipaten baru yang bernama Purworejo/brengkelan setelah
Pasca Perang Besar Perang Diponegoro dengan mengangkat seorang abdi
dalem/mantri gladak menjadi Bupati serta karena prestasinya di mata Penjajah
Belanda yang beliau dapat melawan pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro salah
satunya seperti Gagak pranolo juga Gagak handoko dan sebagainya juga membunuh
Pangeran - Pangeran di gunung kelir setelah itu kepalanya disembelih dan
ditancapkan di ujung tombak serta diarak. oleh karena tidak memiliki rasa
Nasionalisme, Patriotik dan contoh yang buruk bagi generasi muda, DPRD II
Purworejo mencari hari jadi lainya hari jadi purworejo dicari pada masa hindu
yang gak ada hubunganya sama sekali dengan keberadaan Purworejo, dan bukan dari
Bupati pertama Purworejo.
Nama adipati sawunggalih diabadikan
dengan nama kereta api kebanggan masyarakat Kutoarjo, sekolah, hotel,
poletehnik dan sebagainya. pertanyaannya sekarang kapan kutoarjo menjadi sebuah kota yang sebenarnya?
hari jadi kutoarjo tentunya semenjak Tumenggung Djumantoko I menjadi penguasa
di kutoarjo.
Tahun 1830 perang Jawa/Perang Diponegoro
telah usai sebab Pangeran Diponegoro telah ditangkap di Magelang 25 Maret 1830
dan diasingkan ke Manado yang kemudian dipindahkan ke makasar, Namun Para Pengikutnya
masih melakukan perlawanan dimana-mana dengan dukungan para petani yang merasa
tertindas dengan diberlakukanya tanam paksa. salah satu daerah yang paling
gigih melakukan perlawanan terhadap belanda adalah daerah selatan tanah bagelen
yang disebut urut sewu, dimana disana banyak pengikut-pengikut yang setia dan
loyal kepada Pangeran Diponegoro. darah setia itu menurun kepada anak turun
pengikut Pangeran Diponegoro, salah satu tumenggung yang melakukan perlawanan
adalah Tumenggung Surodirjo yang melakuakan perlawanan di daerah Ambal Kebumen,
walaupun konon beliau tewas tanpa luka dan di makamkan di pemakaman umum desa
Pringgowijayan Kutoarjo.
Pemberontakan di Kutoarjo muncul tahun
1847 yang disusul tahun-tahun berikutnya, perlawanan melawan terhadap
kolonialisme dan sistem ekonomi liberal tersebut dilakukan secara grilya yang
dinamakan "Kraman", Kraman adalah suatu perang Grilya dengan
melakukan penyerangan terhadap kereta gerobak milik belanda yang melintas di
jalan dan kemudian setelah berhasil para penyerang menghilang. Belanda menyebut
orang-orang yang melakukan penyerangan kraman adalah Brandal atau Gerombolan
Kecu. Perlawanan tersebut berlanjut kadang-kadang dilakukan secara
pererongan/individu sehingga kemudian perlawanan tersebut merupakan salah satu
tolak ukur keberanian Laki-laki di daerah Kutoarjo.
Sebenarnya banyak penguasa Di Kadipaten
Semawung/Kutoarjo yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro tanpa
sepengetahuan Belanda, makanya untuk mengawasi gerak - gerik para Bupati
Kutoarjo Belanda menempatakan pengawas di Dusun Tegal yang sekarang digunakan
untuk Kantor Mapolsek Kutoarjo.
Comments
Post a Comment