Rusidah, Fotografer Tanpa Lengan dari Purworejo
Memotret tanpa jari, tak terbayangkan sebelumnya. Tapi hari ini, Rabu
(14/09) saya menyaksikan Rusidah, perempuan fotografer, memotret dengan
keterbatasan diri sebagai tuna daksa. Kenyataan memiliki tangan hanya
selengan, tanpa kehadiran jari dan telapak di kedua tangan, tak
menghalangi Rusidah menjadi fotografer profesional.
Lahir tahun 1968, Rusidah sudah mulai memotret profesional sejak
1995. Berbekal kamera bantuan pemerintah Kabupaten Purworejo, waktu itu
Rusidah memotret dengan kamera film. Jasa fotografi Rusidah terbagi
menjadi 2 paket, per foto seharga Rp 5 ribu dan per paket 30 foto ukuran
4R seharga Rp 150 ribu termasuk album.
Hadir di jumpa pers berkaitan dengan Canon Photo Marathon 2011 di
Jogja, Rusidah berbagi kisah sebagai perempuan fotografer yang mencari
nafkah sepenuhnya dari memotret. Suaminya berprofesi sebagai penjual es
putar.
Sekarang Rusidah sudah berbekal kamera digital Canon EOS 550D dan
flash Canon Speedlite 430EX II. “Saya mulai motret sejak pakai kamera
film. Sudah beberapa merk kamera pernah saya pakai,” papar Rusidah,
sembari menunjukkan album-album hasil karyanya. Uang terbanyak
diperolehnya dari jasa memotret pada saat karnaval tingkat kampung,
selain dari jasa memotret resepsi pernikahan. “Saya ingin punya studio
foto,” ungkapnya.
Gayung bersambut seiring bantuan PT Datascrip sebagai distributor
kamera Canon di Indonesia. Rusidah memperoleh seperangkat fotografi
studio sederhana dan cetak foto. “Bu Rusidah jadi motivasi kita.
Semangat pantang menyerah,” ungkap Merry Harun, Direktur Divisi Canon PT
Datascrip. Seusai jumpa pers, staf Datascrip menyertai kepulangan
Rusidah ke Purworejo untuk memberi pelatihan penggunaan peralatan studio
foto dan cetak foto.
Rusidah menjadi teladan, contoh nyata sosok manusia pantang menyerah.
Comments
Post a Comment