Ribuan Orang Berebut Jolenan di Desa Somongari
PURWOREJO, Hari Selasa (10/1)
pagi, suasana Desa Somongari Kecamatan Kaligesing berubah dari desa yang
sepi menjadi lautan manusia. Ribuan warga desa itu ditambah ribuan
pendatang dari berbagai pelosok Purworejo berkumpul di desa kelahiran
Pahlawan Nasional WR Supratman itu. Mereka berdesak-desakan di sekitar
makam Kedono Kedini, leluhur warga Somongari, untuk menyaksikan upacara
Jolenan atau Saparan yang digelar warga di Lereng perbukitan Munggang
Kitiran, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo, sebuah ritual
dua tahunan yang dilaksanakan secara turun temurun.
Karenanya,
hingga sekarang menjadi tradisi yang selalu diadakan tiap bulan
Sapar.Beberapa uba rampe yang dipersyaratkan dalam acara Jolenan itu
antara lain nasi tumpeng dengan ayam panggang, makanan dari beras
ketan/pulut, berupa juadah dan rengginan, makanan dari ketela, berupa
ledre dan binggel, wayang golek, pisang raja/agung, dan tayuban atau
janggrung
Sumber : purworejonews.com
Jolenan pada mulanya merupakan sejenis ritual
massal untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas berkah-Nya
sehingga tanah Desa Somongari subur dan bisa menghasilkan tanaman dan
buah-buahan lebat. Karenanya, pesta rakyat Jolenan juga disebut sebagai
merti desa Keba Palawija atau Palagumantung. "Mayoritas mata pencaharian
warga adalah mengandalkan buah-buahan, seperti durian, manggis dan
mundung," kata Ketua panitia Mugiyanto di sela-sela acara.Jolen sendiri
merupakan semacam keranjang dengan alas segi empat berukuran 80 cm x 80
cm yang diberi tutup berbentuk piramida dengan tinggi 160 cm. Di
dalamnya diisi dengan tumpeng dan ayam panggang sedangkan ledre dan
binggel (makanan rakyat) diikat dan digantungkan pada ujung sebilah
bamboo ditancapkan di sekeliling jolen.Jolenan, konon, pertama kali
digagas oleh seorang Adipati Kerajaan Majapahit bernama Singonegoro,
guna mempersatukan rakyat Somongari karena sedang terjadi perang Bubat
antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Padjajaran. Maka, Singonegoro
mempunyai akal dengan melakukan arak-arakan dengan membawa aneka makanan
dan tledek. Ternyata, bunyi bunyian gende yang ditabuh mengiringi
tledek menari menimbulkan warga penasaran dan mencari arah datangnya
suara. Mereka diarahkan untuk membangun lahan yang dulunya hutan dan
selalu mengingat kepada Tuhan yang telah memberikan kesuburan tanah
Somongari.
Sumber : purworejonews.com
Comments
Post a Comment